tag:blogger.com,1999:blog-42703859141184398352024-03-13T16:16:06.761+07:00blognya linacontains tips, critics, comments and reviews on a happy, funny or weird daily live occasions. Yang aneh, lucu, kritis, ngeselin, bikin haru, aaaaapa aja...yang layak di-sharelinatohirhttp://www.blogger.com/profile/05233837764898752534noreply@blogger.comBlogger15125tag:blogger.com,1999:blog-4270385914118439835.post-81179284033054502052010-10-07T10:05:00.003+07:002010-10-07T10:24:39.648+07:00Kejutan Menyenangkan Bernama TinaGenap sudah 1 tahun 4 bulan 5 hari sejak terakhir kali aku menulis di blog ku ini. Artinya, selama 492 hari blogku yang malang ini mati suri. Ya ampuuun….seumpama bayi, mungkin sudah bisa berdiri, jalan, atau lari? Mati suri 492 hari….am I kidding myself…bukan mati suri lagi, tapi mati dengan sukses. Kemana ya perginya hari-hariku. Bahkan saat menulis kisah ringanku berikut ini, aku masih belum bisa percaya telah menyia-nyiakan waktu selama itu tanpa menulis 1 hal pun, meski 1 paragraf. Sungguh-sungguh gak kebayang.<br /><br />Well, well, cukup sudah lebaynya. Tapi, sungguh, aku menjadi sangat tergerak kembali menulis, setelah mengalami kejadian dibawah ini. Pingin Sharing. Begitu banyak kejadian biasa yang bisa berarti luar biasa bagi 1 atau 2 atau beberapa atau bahkan bagi banyak orang, siapa yang bakal tau, ya kan... Mengisahkan pengalaman sederhana ini bak meyakinkan diri sendiri bahwa di dunia yang bikin pusing ini, masih ada, kalau susah mo bilang banyak, orang-orang baik yang berbuat tanpa pamrih bahkan untuk orang yang tak dikenal.<br /><br />Nah,<br />Pagi itu, seperti pagi-pagi lainnya aku berjalan pelan-pelan dari tempat kost ke kantor, menikmati pagi hari yang masih bersih. Udara yang terhirup terasa segar, campuran antara rasa embun dan rumput dan bunga-bunga di sepanjang pinggir jalan dan pot-pot di halaman rumah-rumah yang kulewati. Pagi ini sambil membawa cucian untuk diantar ke laundri kiloan dekat kantor.<br /><br />Aku mampir sebentar ke warung kecil dekat kost. Untuk makan siang di kantor aku rantangan, gabung bersama beberapa teman sekantor. Rasanya lebih menyenangkan, makan bersama dengan lauk yang sama. Tapi hari ini ingin menambah menu, ingin bikin sayur bening, selingan untuk makanan serba tumis dan santan. Kebetulan di kantor tersedia kompor dan peralatan masak lengkap, jadi mudah saja jika sewaktu-waktu ada yang ingin menyalurkan bakat koki terpendamnya. Tumis dan makanan bersantan memang enak, cuma membawa efek ngantuk. Kalau sedang di kantor, tentu saja dampaknya cukup serius, abis makan pinginnya selonjor dan tidur….<br /><br />Pagi ini warung kecil itu belum ramai pengunjung. Hanya aku dan seorang ibu muda. Sebentar saja aku sudah selesai, cuma mengambil bayam, jagung dan oyong. Aku mengedarkan pandangan ke seisi warung, dan terlirik olehku setumpuk kemasan plastik transparan berisi makanan siap santap..…ahaaa….ada lontong dan perlengkapannya, ada juga lupis plus cenil. Waaaahh….<br /><br />Sedang berpikir-pikir dan memutuskan untuk membelinya atau tidak, tiba-tiba aku dikejutkan oleh bunyi lembut benda jatuh, ternyata jagung pilihanku tadi, jatuh dan menggelinding ke balik keranjang bulat besar berisi kelapa-kelapa siap parut. Waduuuh…..ya ampun! Aku berjongkok dan dengan susah payah mendorong sedikit keranjang yang beratnya lumayan itu. Untung hari ini pakai celana panjang. UUUpppsss….dapat. Lega.<br /><br />Aku kembali berdiri dan tersenyum kearah ibu muda yang ternyata sedang dengan heran memandangiku, yang dengan dandanan rapi, menggeser-geser keranjang dan meraih jagung di kolong meja dagangan. Dia balas tersenyum dan bilang maaf. Nampaknya dia tadi yang tanpa sengaja menjatuhkan jagungku dalam proses dia memilih sayuran dengan penuh semangat. Setelah kata maaf, dia pun mulai membuka percakapan.<br /><br />Sementara kami menunggu ibu warung membungkus, dia bertanya aku tinggal dimana, kuberitahu dia nama tempat kostku sekitar 10 meter dari warung tersebut. Lalu dia tanya aku kerja dimana, kuberitahu padanya kantor tempatku bekerja tak jauh dari situ. Dia lantas melirik ke arah tas dan buntelan laundri-ku. “Banyak sekali bawaan,” komentarnya. “Iya,” kataku, “mau sekalian antar baju kotor ke laundri.”<br /><br />Tiba-tiba dia bilang, “nanti sama-sama saya saja kak, akan saya antar ke kantor kakak, kebetulan rumah saya sejalan.”<br /><br />“Waduuh,” aku terkejut, “tidak perlu. Sungguh. Nanti merepotkan”.<br />“Gak lah, sama sekali tidak,” dia berkeras.<br />“Tak apa, sungguh,” aku masih berusaha menolak.<br />“Gapapa kak, sekalian saya pulang,” bujuknya<br />“Kalau begitu baiklah, makasih banyak ya,” aku menyerah. Apa salahnya, pikirku. Sambil menunggu dia bayar belanjaannya, aku membereskan tentenganku dan menunggunya di pinggir jalan.<br /><br />Tiba-tiba, “Yuk, saya antar kakak dulu.”<br />Aku heran, “Lho, katanya mo sekalian pulang.”<br />“Gapapa kak, kelapanya masih harus diparut.”<br />“Gapapa, kita tunggu aja.”<br />“Gapapa, saya antar kakak dulu”<br /><br />Setelah lama saling gapapa-gapapa-an, akhirnya aku menyerah dan naik ke motor yang sudah distarternya.<br /><br />Sepanjang jalan kami mengobrol ringan, sedikit tentang pekerjaanku, tentang keluarganya. Karena memang dekat, sebentar kemudian kami tiba di kantorku. Aku turun dari motornya, menyalami tangannya sambil berterima kasih dan menanyakan namanya. “Tina,” jawabnya. “Lina,” balasku.<br /><br />Sambil sekali lagi mengucapkan terima kasih aku melangkah memasuki halaman kantor. Teman kantor yang sedang melap kendaraan melihat kedatangan kami dan dengan heran berkomentar, “kog dah nyampe baru kenalan….”<br /><br />Yaaa…kog udah nyampe baru kenalan. Karena sambil ngobrol di sepanjang perjalanan tadi aku melamun dan berpikir tentang kejadian ini.<br /><br />Entah dengan alasan merasa bersalah karena, walaupun tanpa sengaja, sudah menyebabkan jatuhnya jagungku serta jongkok dan merangkaknya aku ke kolong meja dagangan, atau memang karena keramahan pribadinya, tetap saja aku terkagum-kagum.<br /><br />Keramahannya menawarkan dan memberi tumpangan kepada orang asing sangatlah menyentuh. Cara berkerasnya Tina menawarkan tumpangan padaku sungguh menghangatkan hati jika mengingatnya. Dia tidak ada kewajiban untuk membujukku agar mau diantar, bahkan sebenarnya dia tidak perlu menawarkan diri untuk mengantar bagaimanapun. Kami sama sekali tidak saling kenal, tidak pernah bertemu dimanapun sebelumnya.<br /><br />Bayangkan kalau banyak orang bisa sebegitu ramah dan baik hatinya. Melakukan hal baik begitu saja, tanpa pamrih. Alangkah nyaman rasanya mengetahui masih ada orang baik di dunia ini.<br /><br />Apapun, pokoknya pagi itu, pagi Jumat tanggal 1 Oktober 2010 merupakan salah satu pagi terbaik dalam hidupku. Semoga masih banyak Tina-Tina lain di dunia ini. Semoga selalu yang terbaik bagi Tina, kenalan baruku, dimanapun dia sedang berada.linatohirhttp://www.blogger.com/profile/05233837764898752534noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4270385914118439835.post-72293487986780761402009-06-03T18:49:00.006+07:002009-06-03T21:34:05.578+07:00Jadi Kaya dengan Cara Konyol<div style="text-align: justify;"><span style="font-family:trebuchet ms;">Lama tak mengutak-atik blog karena sakit, rasanya kangen juga. Tapi kira-kira yang mau ditulis apa ya. Selama "bertapa" buaanyak ide berseliweran dengan liarnya di kepala, tapi pas mau dikeluarin...eealaa...gerombolan ide berlarian kucar kacir. Dari pada bengong berkepanjangan, kucoba tulis tentang yang satu ini.</span><br /><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Beberapa minggu lalu, adikku di Kendari - Sulawesi Tenggara mengirim sms mengabarkan sedang banyak keluarga dari Raha (kota di pulau Muna, salah satu kabupaten di wilayah Sulawesi Tenggara) yang menginap di rumahnya, tapi tidak bercerita lebih lanjut dalam rangka apa mereka rame-rame menginap di rumahnya yang imut-imut. Kami mengira mungkin sedang selamatan masuk rumah baru, karena seminggu sebelumnya adikku yang baru mengambil rumah mungil BTN itu cerita bahwa mereka sedang siap-siap mau menempati rumah tersebut. Kalau acara sudah selesai pasti bakal cerita versi lengkapnya.<br /><br />Keesokan malamnya, datanglah berita menghebohkan itu. Para tante dan sepupu dari kampung, datang ke Kendari untuk berdemo di polda, menuntut kembali uang mereka yang dibawa kabur. Dan mereka hanyalah segelintir dari ribuan korban dari penipu berkedok bank asing. Cccckkk...ada apa lagi ini...<br /><br />Beberapa bulan lalu di kota kecil kami Raha, yang hanyalah salah satu kabupaten kecil di kepulauan Sulawesi Tenggara, berdiri cabang baru salah satu bank international - Bank of Swiss - katanya. Tawaran investasinya menggiurkan, 25% per bulan untuk setiap dana yang disetorkan. Bisa diduga, berbondong-bongong orang, yang kebanyakan pegawai negeri sipil pula, menyetorkan uang dengan sukarela ke bank "asing" ini.<br /><br />Uang tabungan, jual kebun, uang dari pinjam, pokoknya harus dapat uang untuk disetor ke bank asing yang baik hati ini. Peluang bagus pantang dilewatkan dong. Ada yang bela-belain kredit di BRI sebesar 5 juta rupiah, langsung disetor ke bank swiss itu, ceritanya kepingin juga karena sudah terbukti adiknya mendapatkan banyak hasil.<br /><br />Ada yang awalnya gak percaya jadi coba-coba dulu, menyetor 10 juta. Eeehhh..bener lho, sebulan kemudian dapat hasil 2,5 juta. Weeehh...mantap nih. Tanpa pikir panjang, semua tabungan sebesar 65 juta disetor, dengan harapan sebulan kemudian balik dengan tambahan 16 juta. Sebulan kemudian banknya lenyap ditelan bumi...<br /><br />Menangis darah...menangis bombay ribuan korban yang uangnya telah tersimpan dengan aman, begitu amannya sehingga tak akan bisa lagi diambil. Menangisi hasil jerih payah bertahun-tahun yang lenyap begitu saja, menangisi uang sekolah anak yang harus segera dicari lagi, menangisi rumah yang tidak jadi dibangun, menangisi hutang yang harus dibayar entah dengan cara bagaimana...<br /><br />Bayangkan, berapa milyar yang berhasil diboyong para penipu berkedok bank asing itu, dari ribuan orang (belum diketahui pasti jumlah yang jadi korbannya) yang dikali semisal aja 5 juta per orang. Iiiihhhh.....<br /><br />Apa kira-kira yang ada di pikiran mereka ya, mau begitu saja menyerahkan dana puluhan juta kepada bank yang baru beberapa bulan beroperasi di pulau kecil itu? Karena "judul" asingnya? Karena tawaran hasil yang menggiurkan? Karena apa? Sungguh miris ya...<br /><br />Begitu sulitnya mereka diajak menabung di bank konvensional macam BRI yang tersebar hingga pelosok, tapi begitu mudah mereka menyerahkan dana sebegitu besar pada bank yang baru beberapa minggu beroperasi. Kenapa kog tidak merasa heran ada bank asing bikin cabang sampai di pelosok daerah, lalu cari informasi keg, baru memutuskan untuk ikutan atau tidak. Kenapa tidak bercermin pada begitu banyak kasus penipuan yang makin merajalela dengan berbagai wujud, bisa dibaca di koran, ada di berita televisi dan radio.<br /><br />Kenapa kenapa ini bikin kepalaku makin nyut-nyutan.<br />Namun kukira yang paling mendominasi tindakan-tindakan impulsif seperti ini adalah keinginan untuk menjadi kaya dengan cara instan, kaya lewat jalan tol. Tapi, jika hidup di lingkungan dimana yang berharta lebih dihargai, dipandang dan lebih didengar bicaranya. Jika hidup dimana kesuksesan diukur dengan rumah yang megah, mobil yang terparkir di depan rumah, anak-anak yang sekolah di luar pulau atau luar negeri. Jika jumlah perhiasan dan pakaian bermerek yang jadi ukuran untuk diterima dalam pergaulan. Siapa yang patut dipersalahkan???<br /></span><br /><br /></div>linatohirhttp://www.blogger.com/profile/05233837764898752534noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4270385914118439835.post-57036322906830945052009-05-12T22:43:00.010+07:002010-10-06T15:47:23.638+07:00Balance Sheet = Lembar Keseimbangan?<span style="font-family:trebuchet ms;">Sungguh ini pengalaman paling norak dalam hidupku.<br /><br /></span><div style="TEXT-ALIGN: justify"><span style="font-family:trebuchet ms;">Bertahun-tahun yang lalu saat kelas 2 SMA, tetangga sebelah kost - bang Herman, mahasiswa ekonomi - meminta tolong aku menerjemahkan beberapa lembar teks materi ekonomi berbahasa Inggris, tugas dari dosen katanya. Setengah mati aku berusaha menolaknya. Tapi dia bilang dicoba saja, karena katanya aku "pintar" bahasa Inggris. Pintar dari hongkong. Aku memang lumayan dalam mata pelajaran bahasa inggris tapi tidak harus pintar menerjemah kan.<br /><br />Sebenarnya, kalau sekedar menerjemah kecil-kecilan, sebaris dua baris, dari SMP juga aku bisa. Otodidak tentunya. Gabungan antara ilmu grammar dari sekolah dan ilmu nekat, trial and error...hehee. Salut berat pada almarhum orang tuaku yang peduli sekali sama pendidikan anak-anaknya, sampe bela-belain berlangganan majalah berbahasa inggris "hello." Majalahnya tipis aja, kalau dulu bisa dibeli di kantor pos dan terbitnya sebulan sekali.<br /><br />Padahal kalo diingat-ingat, jauhnya itu kantor pos dari base-camp tempat kami tinggal. Iya, saat SMP sekitar tahun 80an, kami tinggal di Kutacane, kota kecil di ujung tenggara Aceh. Masih bisa dihitung dengan jari penduduk disana kala itu. Kami tinggal di base-camp proyek, terpencil dan jauh sekali dari kota.<br /><br />Nah, artikel-artikel di majalah hello itu yang kujadikan salah satu korban kenekatanku menerjemah bebas. Korban lainnya, film-film berbahasa inggris di TVRI. Kalau menerjemah bebas - artikel yang ringan-ringan, siapa takut, tapi kalau menerjemah artikel resmi, eiitt...lain lagi perkaranya. Langsung keringat dingin aku, yang terbayang diotakku, kalau teks kuliah apalagi tentang ekonomi dan akuntansi pastilah sulit sekali, gawat ini! Gimana kalau salah, gimana kalau diketawain, kan kasian itu abang. Waktu kuungkapkan kekhawatiranku itu, dia cuma bilang, "Aaah cuek aja Lin, kutanggung lah resikonya, yang penting kau terjemahkan ini. Abang nyerahlah kalau urusannya bahasa inggris."<br /><br />Jadilah kucoba menerjemahkan teks itu, dengan modal kamus abal-abal dari bang Herman. Ini pertama kali aku mencoba menerjemah lagi, karena sejak SMA dan pindah sekolah ke Banda Aceh, kegiatan ini dengan sendirinya berhenti karena PR seabreg-abreg dan harus mengejar ketinggalan pelajaran.<br /><br />Ahaaa...tak terlalu sulit menerjemahkan teks ekonomi akuntasi itu, tentang laporan keuangan. Malah lebih mudah karena artikel ekonomi banyak pengulangan kata dan istilah. Ada beberapa kata yang aku sulit terjemahkan seperti Balance Sheet, Loss & Profit dan Retained Earning. Tapi bereslah sudah. Bang Herman senang PRnya selesai, aku senang karena bisa menerjemah artikel "sulit."<br /><br />Pagi terjemahan diambil, sorenya bang Herman lompat dari pagar rumahnya di sebelah sambil bermuka masam. Kami yang sedang ngobrol di teras, terutama aku, merasa sepertinya ada yang gak beres nih. Bener aja. Bang Herman langsung nyerocos. "Lin, kenapa pula kau terjemahkan semua istilah-istilah dalam teks ini. Malu aku diketawain ama dosen waktu kubacakan tadi."<br /><br />"Waduuuh...salah-salah ya bang terjemahannya?" tanyaku takut, dan malu tentunya, kebayang semalam sudah merasa bangga karena menganggapnya mudah dan bisa selesai dengan cepat.<br /><br />"Tak ada yang salah, kecuali '<span style="FONT-STYLE: italic">Balance Sheet'</span> kenapa pula lah kauterjemahkan jadi '<span style="FONT-STYLE: italic">Lembar Keseimbangan'</span>?" Kata bang Herman. "Karena kubilang itu terjemahanku, dosenku bilang kenapa tak sekalian saja diterjemahkan jadi <span style="FONT-STYLE: italic">'Lembar Timbangan</span>'?" lanjutnya.<br /><br />Hahahahaa....malu-maluin gak seeechh.....<br /><br />Tapi, betapa noraknya pengalaman ini, baru terasa satu setengah tahun kemudian, saat aku menerima kuliah pertamaku "Pengantar Akutansi" di semester pertama setelah diterima di fakultas ekonomi, fakultas yang sama dengan bang Herman dan kebetulan pengajar yang sama. Betul-betul kacau..., setengah mati aku harus selalu menahan tawa setiap kali kata <span style="FONT-STYLE: italic">balance sheet</span> disebutkan.....<br /><br /><span style="font-size:85%;"><span style="FONT-STYLE: italic">Kamus akuntansi:</span><br />Balance Sheet = Neraca<br />Loss and Profit = Laporan Rugi Laba<br />Retained Earning = Laporan Laba Ditahan</span><br /><br /></span></div>linatohirhttp://www.blogger.com/profile/05233837764898752534noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-4270385914118439835.post-55662613620051323532009-05-10T19:39:00.008+07:002009-05-10T21:33:02.810+07:00Pizza dan Kisah<div style="text-align: justify;"><span style="font-family:trebuchet ms;">Sehabis mendampingi keponakanku, Nayyara - Nay, bermain di lokasi khusus permainan anak di lantai dasar Giant, salah satu mall besar di Bekasi Barat, aku jalan-jalan berkeliling di lantai 1 diiringi celoteh Nay yang sedang kugandeng disebelahku. Umurnya baru 3 tahun tapi bukan main sudah kaya perbendaharaan kata-katanya. Kami sedang mencari boneka kecil karakter "barney" berwarna ungu yang ia lagi suka sekali. Eeehhh...sudah tutup tokonya.<br /><br />Kami berjalan ke supermarket Giant yang kebetulan berada persis di depan toko boneka itu. Di pintu masuknya sedang ada promosi pizza slice - pizza irisan...hhmmm...jadi ngiler rasanya, kepingin ah. Harganya rp 7.000,-/slice. Tapi setelah dipikir-pikir, gak jadi ah, uangku hanya rp 50.000,-. Kalau nanti ketemu toko yang jualan boneka Nay, harganya rp 35.000,-, sisanya hanya cukup untuk ongkos pulang bersama ketiga orang sepupu, yang saat ini sedang berkeliling di tempat yang sama mencari oleh-oleh untuk dibawa pulang kampung besok. Kami sedang berpencar, supaya mereka bebas belanjanya.<br /><br />Kami lanjutkan mencari si "barney," ga ketemu. Sebagai gantinya Nay mau dibelikan es krim Mc Donald, mau yang disiram coklat katanya. Pizza di supermarket tadi sudah terlupakan.<br /><br />Dari situ kami menuju bangku di depan Pizza Hut, istirahat sejenak sepertinya Nay sudah letih. Nay tidak pernah mau digendong kalau lagi ke mall, ga bisa dibilang jalan juga dia, karena kerjanya lompat-lompat terus kayak kelinci. Beberapa bangku panjang memang disediakan bagi para pemesan pizza yang sedang tunggu pesanan untuk dibawa pulang. Tapi ada yang hanya sekedar mampir melemaskan kaki, seperti kami ini.<br /><br />Menunggu para sepupu selesai belanja, kusuapkan es krim untuk Nay sambil kami "ngobrol." Di samping Nay seorang gadis muda cantik, duduk sambil memegang pizza 1 slice. Mungkin sedang menunggu yang menjemput pikirku sambil coba tersenyum padanya. Dia membalas senyum sambil mencolek pipinya Nay, "lucu sekali," katanya.<br /><br />Tak lama kemudian kami sudah ngobrol akrab layaknya teman lama. Dia dari desa, lulusan SMEA yang merantau bekerja di salah satu perusahaan catering di Cikarang, sebagai kasir. Hasil kerja yang memuaskan membuat dia dipercaya untuk merangkap bagian pembelian di perusahaan itu. Setelah setahun bekerja, pemilik catering, yang dipanggilnya ibu, membiayainya kuliah di D3 akuntansi di salah satu perguruan tinggi di Bekasi. Kini sudah dua tahun dia menjalani hidupnya dengan bekerja di pagi hari dan kuliah di malam hari, atau sebaliknya.<br /><br />Dalam hati aku sungguh berharap kelak ia tidak mengecewakan pemilik catering yang baik hati itu, sambil memandangnya dengan kagum.<br /><br />"Saya tidak akan mengecewakan ibu, saya akan memajukan usahanya," ucapnya dengan penuh tekad." Aku kaget mendengarnya, tapi ....amiiinn ucapku dalam hati.<br /><br />Tiba-tiba dia berdiri, "mari mbak, saya duluan ya." "Oke, sukses terus ya dek," balasku. Ia menghilang ke dalam Pizza HUt.<br /><br />Aku menunduk ke arah Nay sambil bilang, "Tante itu baik ya Nay," sambil mikir kenapa ini para sepupu belum ada yang nongol. Tiba-tiba ada yang menyodori Nay 1 slice pizza, "Ini untuk dedek, kakak udah punya yang besar nih." Aku mengangkat kepala, ternyata anak tadi yang lagi-lagi tersenyum sambil menunjukkan 1 bungkus besar pizza. Dia mencium kepala Nay sekilas, bergegas pergi dan tidak sempat mendengar aku dan Nay bilang makasih.<br /><br />Aku bahkan tidak tau namanya. Kupandangi 1 slice pizza ditanganku... subhanallah..<br /><br />Itu kejadian setahun yang lalu. Mungkin saat ini ia sudah lulus atau melanjutkan lagi kuliahnya ke jenjang yang lebih tinggi, mungkin sedang berjuang memajukan perusahaan milik penolongnya sesuai tekadnya saat itu. Tidak ada sedikitpun jejak, tidak nama - alamat - telpon, yang bisa bikin aku mencari tau.<br /><br />Nay tidak suka pizza. Jadi kunikmati pizza itu perlahan sambil bersyukur atas rizki tak terduga dari arah yang tak disangka-sangka. Makasih Tuhan. Allah Maha Besar.<br /><br />Dapat pizza dapat kisah. Agar aku percaya, masih banyak sekali kebaikan disekitarku. Agar aku yakin bahwa Allah mengetahui kebutuhanku. Bahwa ketidakberuntungan dan kesedihan yang sedang kualami, hanyalah sekolah untuk membuatku makin kuat dalam menjalani hidup ini.<br /><br />There is a miracle. Dalam wujud sekecil apapun, percayalah, keajaiban memang selalu terjadi. </span><br /></div>linatohirhttp://www.blogger.com/profile/05233837764898752534noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4270385914118439835.post-26816793271586110362009-05-09T22:48:00.004+07:002009-05-12T21:25:29.872+07:00Manohara Mania<div style="text-align: justify;"><span style="font-family:trebuchet ms;">Akhir-akhir ini siapa yang tak tau berita tentang Manohara, tentang Antasari Azhari , tentang kisruh pilpres pilwapres. Kalo diperhatikan ketiga berita top ini intinya ribut soal pasangan. Manohara dicurigai teraniaya oleh pasangannya, suami yang pangeran dari negeri tetangga. Antasari dicurigai ambil pasangan orang. Kalo capres pemilu mendatang, jelas ribut cari pasangan...hehehee... Bicara Manohara dulu ah, lady first ya, yang kalo bertahan dan <span style="font-style: italic;">keep in a good behave</span> bisa aja tetap jadi first lady.<br /><br />Sejak awal bergulirnya kasus ini, seperti biasa, bangsa kita pada latah memilih berpihak habis pada Manohara. Semua punya alasan masing-masing: karena dia wanita yang sedang teraniaya oleh suaminya, abis beritanya serem, badannya penuh luka, disilet-silet, bla bla bla...kata sms yang dinampakkan di layar semua televisi nasional. Yang paling buruk, adalah alasan dia harus dibela karena yang menganiaya orang Malaysia, yang belakangan memang sudah tidak simpatik lagi dimata dirasa dan dihati bangsa kita, apalagi kalo bukan karena kasus caplok mencaplok pulau, masalah batik, reog, waaahhh...<br /><br />Mulailah semua kalangan bermunculan saling berlomba "mengurus" perkara ini. Sampai-sampai ada pejabat tinggi dan elit parpol pun turun tangan. LSM pun unjuk rasa di depan kedutaan negera tetangga itu, "bebaskan Manohara, selamatkan Manohara,..." banyak spanduk digelar disertai orasi heboh.<br /><br />Belakangan, pembicaraan sang ibu sudah mulai ngawur. Mulai deh bermunculan kasus-kasus di masa lalu keluarga ini, entah itu akan mempengaruhi atau tidak kasus ini nantinya. Mulai jugalah surut pembahasan mengenai Manohara, tinggal 1-2 stasiun televisi yang meng-up-date terus kasus ini.<br /><br />Banyak pelajaran dari kasus ini:<br /></span><ul><li><span style="font-family:trebuchet ms;">Kalau sudah urusannya rumah tangga orang, hati-hati. Kadang tidak selalu yang nanmpak itu seperti yang kita bayangkan. Menilik usianya yang masih sangat muda, mungkin saja Manohara belum siap menjalani rutinitas sangat padat dan penuh peraturan sebagai puteri di istana tempat sekarang ia bernaung - <span style="font-style: italic;">princess blues</span>. Sungguh mengingatkan pada almarhum Lady Diana. Mungkin saja ada pertengkaran, tapi selayaknya suami istri selalu ada pertengkaran, besar dan kecil kan.<br /></span></li><li><span style="font-family:trebuchet ms;">Ngomong soal teraniayanya anak bangsa di negeri orang, kenapa LSM, para elit politik dan pejabat harus mengurusi masalah pribadi seperti ini, sementara begitu banyak masalah yang jauh lebih urgen. Ambil misal masalah tki dan tkw di negara itu dan di negara-negara lainnya yang terabaikan haknya.<br /></span></li><li><span style="font-family:trebuchet ms;">Kalau Manohara itu bukan peragawati dan tidak cantik. Kalau Manohara itu hanya seorang TKI atau TKW yang teraniaya tubuh dan haknya, apa ada juga pihak yang mau rame-rame dan heboh seperti ini memberitakan dan memperjuangkan? </span></li></ul><span style="font-family:trebuchet ms;">Baru beberapa bulan berselang, seorang TKI asal Raha di pulau Muna, Sulawesi Tenggara - sudah 2 tahun menjadi pekerja bangunan di Malayasia, tewas karena terjatuh dari bangunan tempatnya bekerja. Saat dikembalikan ke keluarganya di kampung, di dadanya ada jejak jahitan membentuk resleting sepanjang dada hingga perut, ada kapas yang nyangkut di bagian ujung jahitan persis dibawah tenggorokan. Kenapa? Karena organ-organ bagian dalam tubuhnya sudah kosong. Diambil untuk donor atau dijual, siapa yang tau? Yang jelas ambilnya tanpa seijin yang punya. Setuju ajalah, wong si empunya organ sudah gak bernapas.<br /><br />Siapa yang mau membantu dia? Tidak ada! Karena dia bukan orang terkenal, tidak cantik pula. Karena dia hanya seorang laki-laki yang berusaha mencari makan untuk anak istrinya di negeri orang saat dia rasa tidak ada kesempatan dinegerinya sendiri. Dia jadi pahlawan devisa, tapi tidak ada yang peduli pada keluarganya yang ditinggalkan tanpa pesangon.<br /><br />Nah...dimana pada saat itu LSM yang teriak-teriak di depan kedutaan Malaysia itu? Dimana para elit politik dan pejabat?<br /></span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;"><br /></span></div>linatohirhttp://www.blogger.com/profile/05233837764898752534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4270385914118439835.post-16101765459458595892009-05-08T21:21:00.013+07:002009-05-14T21:32:30.423+07:00Taj Mahal - Kisah Cinta Abadi<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpRD-YvT92Fy4P5ArOEORsfpKZzL25pCy6o85n-_SUI39Zxi-Bk2uB82Juu6DLokNA0fOA3AI_vZOS2L7a_exxtkbuI8kmGCybWF6PvqghLDUFqI9ynI3k0jSx8Zg2P-yVImOOqoR55Dc/s1600-h/DSC00375.JPG"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 150px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpRD-YvT92Fy4P5ArOEORsfpKZzL25pCy6o85n-_SUI39Zxi-Bk2uB82Juu6DLokNA0fOA3AI_vZOS2L7a_exxtkbuI8kmGCybWF6PvqghLDUFqI9ynI3k0jSx8Zg2P-yVImOOqoR55Dc/s200/DSC00375.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5333458859946825874" border="0" /></a><span style="font-family:trebuchet ms;">Judul : </span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:130%;" >Taj Mahal</span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Disadur dari: Beneath a Marble Sky: A Novel of the Taj Mahal (2004)<br />Penulis : John Shors</span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Genre : Fiksi Sejarah </span><span style="font-family:trebuchet ms;"><br />Terbitan : <a style="font-style: italic;" href="http://www.mizan.com/">Mizan Publishing</a> tahun 2006</span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Tentang : </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;" >Kisah cinta abadi berlatar belakang salah satu keajaiban dunia<br /><br /><br /></span><br />"Dramatis! Agung! Penuh gairah! Shors adalah penulis dengan daya khayal yang meyakinkan"<br /><div style="text-align: center;"><a href="http://www.sandragulland.com/">Sandra Gulland</a> - pengarang <a href="http://www.sandragulland.com/"><span style="font-style: italic;">The Josephine B. Trilogy</span></a><br /><br /><div style="text-align: justify;">Itulah salah satu komentar dari beberapa komentar yang tercantum di sampul depan dan sampul belakang buku ini, dan komentar inilah yang paling kusuka. Beneran, memang ceritanya sangat dramatis penuh gairah dalam suasana kerajaan yang begitu penuh keagungan. Ceritanya yang dahsyat itu bikin gak mau berhenti baca sebelum bab terakhir berakhir<br /><br />Buku ini memang sudah lama sekali terbit, kuulas lagi karena lagi keranjingan nulis di blog. Juga, beberapa tahun belakangan ini sudah jarang sekali baca buku, terutama novel, karena terlalu banyak "baca" layar kaca alias internet. Passionnya jelas beda. Juga selama ini sudah mulai terlalu terobsesi baca segala macam buku motivasi....wwwrrrrr....lama-lama teler juga. Makanya sekarang harus berlatih lagi baca buku beneran.<br /><br />Ringkasan cerita versi sampul belakang novelnya kira-kira begini:<br /><br /><span style="font-style: italic;">Penguasa Hindustan, Shah Jahan, mengalami maha duka setelah istrinya, Mumtaz Mahal, meninggal saat melahirkan bayi sungsang di tenda perang. Pada tahun 1632, ia menitahkan penciptaan istana pualam - yang dirancang berdasarkan citra tentang surga dalam al-Quran - sebagai jejak terakhir istrinya. Dengan bantuan Isa, arsitek berdarah Persia, ditambah dua puluh dua ribu pekerja dan ratusan gajah, ia berhasil mewujudkan Lambang Keagungan cinta yang diberinya nama: Taj Mahal.</span> <span style="font-style: italic;"><br /><br />Berlatar belakang asmara dan pengkhianatan, intrik dan perang saudara, Jahanara - anak Mumtaz Mahal, membabar kisah di balik pencipatan Taj Mahal. Ia bercerita tentang dirinya yang berusaha kabur dari "suami politiknya" dan memburu kekasih rahasia yang bersembunyi di balik dinding-dinding Taj Mahal.</span> <span style="font-style: italic;">Tapi ia kemudian terjebak dalam perang antara kakak-kakaknya: pangeran Dara Shikuh, seorang mistikus yang berjuang mempersaudarakan Muslim dan Hindu, melawan pangeran Aurangzeb, yang gila takhta dan gemar memanipulasi agama untuk menumpas lawan-lawan politiknya. Aurangzeb lalu menasbihkan diri sebagai Raja Alamgir setelah berhasil merebut kekuasaan dari ayahnya. </span><br /><br />Begitulah. Kisah ini membawa kita memasuki India di masa silam, kemewahan harem dan kesyahduan sungai Yamuna, dalam sebuah pertunjukan klasik - pertarungan antara kuasa, cinta dan angkara.<br /><br />Setiap tokoh yang menonjol, sangat mewakili sikap dan sifat manusia dalam menjalani hidup ini:<br /><br />Jahanara, mewakili wanita cerdas, cerdik dan berani. Mewakili bakti seorang anak kesayangan kepada orangtua dan keluarganya, berusaha keras mencegah perpecahan dalam keluarga sekaligus mencari dan mempertahankan kebahagiaan dan kehidupannya sendiri.<br /><br />Aurangzeb, mewakili sosok licik, rakus, bengis dan berhati dingin. Menghalalkan segala cara, bahkan dalil-dalil agama sekalipun, untuk menaklukkan kerajaan dan mendapatkan kekuasaan, meskipun harus mengorbankan sang raja yang notabene adalah orang tuanya sendiri.<br /><br />Dara Shikuh, mewakili sosok halus pencinta perdamaian dan penjunjung tinggi kesetaraan derajat dan kepercayaan. Yang sayangnya mengganggap semua persoalan bisa diselesaikan lewat pendekatan halus tanpa konfrontasi. Keragu-raguannya dalam menghadapi kelicikan adiknya, Aurangzeb, dan keyakinannya bahwa cara damai lebih baik dari pada konflik, membuatnya kehilangan kepala.<br /><br />Nizam dan Ladli, mewakili sosok sahabat yang sangat menjunjung tinggi kesetiaan. Seperti kepompong, persahabatan mereka dengan puteri Jahanara tak kikis dimakan sang waktu, apapun cobaan yang mehadang. Tidak penting dari kasta mana mereka berasal, kesetiaannya sangat patut diacungi jempol, yang dalam kehidupan nyata nampaknya mulai memudar akhir-akhir ini.<br /><br />Akhirnya, betapa tragis bahwa dari orangtua yang begitu saling cinta, yang kisah cintanya begitu agung dan melegenda, bisa terlahir anak yang gila takhta dan penuh kebencian di hatinya bahkan kepada keluarganya sendiri. Betapa keranjingan akan kekuasaan bisa membutakan hati. Betapa kebencian bisa mengubah satu kerajaan yang makmur menjadi negara penuh teror dan kemiskinan dimana-mana. Bahkan kebaikan dan kerendahan hati pangeran yang sejatinya menjadi pewaris takhta berikutnya - pangeran Dara - tidak menghalangi adik kandungnya sendiri untuk bertindak kejam memenggal kepalanya, karena dianggap sebagai ancaman bagi ambisinya menjadi raja.<br /></div><div style="text-align: justify;"><br />Jahanara, sang putri kesayangan terus mendampingi ayahnya di masa sulit penuh perjuangan, hingga ayahnya meninggal dalam keadaan sangat tragis dalam penjara yang diciptakan oleh puteranya, sambil terus memperjuangkan cinta dan kehidupannya sendiri. Beruntung baginya memiliki orang-orang seperti Nizam dan Ladli, sebagai sahabat sejati.<br /><br />Bagiku, buku ini sangat sarat makna. Bagaimana seorang Aurangzeb, akibat kebencian yang tertanam sejak kecil, tidak pernah bisa mengenal kasih sayang. Kegetiran dan rasa gelisah dalam dirinya berubah menjadi tenaga yang menghancurkan, berusaha keras dihalau dengan menyiksa orang-orang disekitarnya. Betapa seorang Jahanara yang selalu menanam kebaikan di masa senang, sukses menuai hasilnya dalam masa-masa sulit. Selalu ada pertolongan baginya.<br /><br />Dan betapa cinta yang agung dan luar biasa selalu ada di setiap zaman, di setiap peradaban, di setiap belahan dunia. Sungguh beruntung orang-orang yang diberi kesempatan mengenal dan merasakan cinta yang seperti ini dan tidak menyia-nyiakannya.<br /><br /><br /></div></div>linatohirhttp://www.blogger.com/profile/05233837764898752534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4270385914118439835.post-21552900257038181882009-05-02T17:07:00.009+07:002009-05-14T22:22:00.057+07:00Trik Marketing ala JK<div style="text-align: justify;"><span style="font-family:trebuchet ms;">Iya......JK, Bapak Jusuf Kalla, wakil presiden negara kita tercinta Indonesia, yang saat ini sedang getol-getolnya mencalonkan diri jadi presiden berikutnya di negara besar ini. Hati tergelitik untuk membuat postingan ini selagi rame-ramenya berita tentang </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;" >"perceraiannya"</span><span style="font-family:trebuchet ms;"> dengan SBY...hehehe, dan sedang hebohnya beliau dan </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;" >"keluarga besar"</span><span style="font-family:trebuchet ms;">nya mencari calon </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;" >"pengantin baru"</span><span style="font-family:trebuchet ms;"> untuk </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;" >"pendampingnya"</span><span style="font-family:trebuchet ms;"> di pilpres dan pilwapres kelak.</span><br /><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Awal Maret 2009 lalu, saya menghadiri Mubes IKA-Unsyiah, Musyawarah Besar Ikatan Keluarga Alumni Universitas Syiah Kuala. Undangannya disebarkan salah satunya lewat jalur facebook. Universitas Syiah Kuala adalah salah satu universitas negeri di kota Banda Aceh ibukota Nanggroe Aceh Darussalam. Di universitas ini saya menyelesaikan pendidikan dalam bidang ekonomi akuntansi.</span><br /><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Beberapa hari menjelang hari-H, para peserta dan undangan Mubes mendapat pemberitahuan bahwa JK berkenan hadir untuk membuka Mubes IKA-Unsyiah tersebut. Bahkan gosipnya Tompi dan Teuku Wisnu, keduanya selebritis asal Aceh, akan datang juga. Karenanya para undangan diharap hadir tepat waktu, pukul 09.00 wib. Wah surprise nih, kapan lagi bisa liat langsung JK dan selebritis. Jadi penuh semangat ingin hadir, apalagi mungkin bakal jumpa teman-teman alumni yang sudah 15 tahun lebih belum ketemu, meskipun ternyata kabar sang selebritis akan datang hanya isu belaka.</span><br /><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Pukul 09.00 wib kurang 5 menit, saya bersama Quri, adik angkatan alumni yang berbaik hati memberi tumpangan, sudah tiba di tempat acara, gedung LAN Pejompongan. Belum ada undangan yang datang, baru beberapa orang panitia yang sedang sibuk mencek persiapan acara. Ternyata JK baru akan tiba pukul 11.00 wib. Panitia memajukan jadwal untuk mengantisipasi tradisi umum kita, ngaret...!!! Beneran lho, bahkan setelah dimajukan 2 jam seperti itu pun menjelang pukul 11.00 belum semua undangan tiba di tempat. Bukan main...</span><br /><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Sempat heran juga, seorang JK dengan rutinitas padat dan jadwal seabrek masih mau menyempatkan diri untuk membuka acara mubes ikatan alumni suatu universitas, yang lingkupnya kecil jika dilihat dari segi peserta, kurang dari 200 orang. Mungkinkah ada hubungannya dengan tebar pesona menjelang pemilu?</span><br /><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Aach...terlalu dini rasanya untuk berprasangka kepada sosok besar JK.</span><br /><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang, pukul 11.00 lebih sedikit JK memasuki ruangan diiringi para pengawal pribadinya. Semua HP mohon dimatikan, suasana harus tenang selama ada wapres dalam ruangan. Bahkan seorang ibu muda yang sedang berbisik-bisik halus menenangkan bayinya yang sedang merengek pun dihampiri oleh salah seorang pawalpres, disuruh segera keluar sambil menujuk ke arah pintu. Setelah banyak sambutan dari berbagai pihak, khas Indonesia banget, akhirnya sang JK dipersilahkan naik ke panggung untuk memberikan sambutan dan sekaligus membuka mubes.</span><br /><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Inti dalam sambutannya, JK merasakan keterikatan batin beliau dengan masyarakat Aceh, sebagian besar karena peran aktif beliau dalam upaya perdamaian di Aceh. Ditambah lagi posisi beliau hingga saat ini sebagai Ketua Umum ikatan alumni universitas Hasanuddin di Makassar Sulawesi Selatan...nyambung gak kira-kira? Yaaa, ini kan acara ikatan alumni juga. Atau karena ada hubungannya dengan kemiripan tipikal watak kedua suku...hehehee.<br /><br /><span style="font-style: italic;">Dan Satu hal yang sangat ditekankan oleh JK. Bahwa organisasi semacam ikatan alumni ini sebaiknya tetap dipertahankan sebagai wadah bagi para alumni untuk saling bersilaturrahmi, menjaga nama baik alamater, dan banyak melakukan hal-hal positif sebagai bentuk sumbangsih kepada almamater khususnya dan negara ini umumnya. Jangan sampai dijadikan sebagai ajang praktek politik praktis. Tetaplah jadi wadah yang netral</span></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-style: italic;">.</span> Tentu saja kata-kata yang menyudahi sambutannya ini diamini dengan tepuk tangan meriah para hadirin. </span><br /><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Eehhhmmm...ternyata saya telah berprasangka buruk atas kunjungan beliau...<br /></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><br />Sebelum meninggalkan tempat, JK memukul gong sebagai tanda dibukanya mubes hari itu.<br />Pertama kali beliau memukulnya 2X dengan jeda...dung...dung...<br />Dilanjutkan memukulnya 3x.....dung...dung...dung...<br />Uuupppssss....dan hasilnya....2 dan 3 alias 23 untuk GOLKAR!<br />Sambil tertawa lebar, beliau berlalu meninggalkan arena setelah memberi waktu sejenak berfoto bareng pengurus IKA-Unsyiah.<br /><br />Waalaaaah....kampanye!!! Setelah pidatonya yang penuh penekanan tentang politik praktis tadi, belum juga 5 menit berlalu.<br /><br /><span style="font-style: italic;">Positif thinking</span>nya, kasih acungan jempol pada trik cerdik beliau menyelipkan kampanye dalam kesempatan itu. <span style="font-style: italic;">Smart marketer</span> kah? Ataukah, beliau contoh tipikal dari politikus yang tidak bisa dipegang kata-katanya? Silahkan punya pendapat masing-masing. Kalau takut ditangkap karena berpendapat secara bebas, simpan saja dalam hati...heheheee....<br /><br /><br /></span></div>linatohirhttp://www.blogger.com/profile/05233837764898752534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4270385914118439835.post-42679350206592703012009-04-28T22:55:00.013+07:002009-05-08T20:58:25.409+07:00Pertama kali Berjilbab<div style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;">Saat terlintas keinginan menggunakan jilbab, tak perlu lagi berpikir panjang, ikuti panggilan hati dan putuskanlah untuk mulai menggunakannya lalu istiqomah. Percayalah, sebenarnya tidak ada waktu yang tepat untuk memutuskan kapan saat yang tepat untuk mulai mengenakan jilbab. Janji seperti, <span style="font-style: italic;">"aku akan berjilbab setelah menikah,"</span> <span style="font-style: italic;">"aku akan berjilbab pada 1 ramadhan atau 1 syawal tahun ini,"</span> <span style="font-style: italic;">"aku akan berjilbab pada hari jadiku tahun ini,"</span> <span style="font-style: italic;">"aku akan berjilbab setelah badanku agak kurusan,"</span> dan seterusnya, dan seterus,...hanya akan jadi janji tinggal janji jika tidak bertekad merealisasikannya.<br /><br />Untuk yang berniat menggunakan jilbab, jangan mengkhawatirkan mode, kekurangan ide, komentar orang, dan lain sebagainya. Ingat, sebenarnya hal itu hanya ada di kepala kita, hanya ada di perasaan kita.<br /><br />Saat ini banyak sekali pilihan jilbab dan pakaian yang trendy namun tetap syar'i, dengan harga terjangkau. Jangan khawatir harus mengeluarkan banyak budget berlebih, karena baju-baju lama anda tetap bisa digunakan, hanya tinggal menambahkan beberapa pelengkap misalnya syal, manset badan atau manset tangan.<br /><br />Yang utama harus anda miliki adalah:<br /><ol><li>Jilbab. Untuk awalnya, cukup koleksi warna-warna netral seperti: hitam, putih, krem, biru dan coklat. Jilbab polos bisa diperoleh di tanah abang dengan harga grosir 5 - 10 rb/pcs.</li><li><a style="font-style: italic;" href="http://griyamuslimhaji.blogspot.com/2009/04/manset-tangan-panjang-polos.html">Manset baju</a> dan manset tangan. Cukup beli yang warna netral dulu, kalau bisa sewarna jilbab. Fungsinya agar blus yang berlengan pendek atau tanpa lengan bisa tetap digunakan.</li><li>Asesoris jilbab, seperti ciput, karet, peniti, bros, dll</li><li>Legging. Celana panjang ketat berbahan kaos, cukup beli warna hitam, krem dan putih dulu. Fungsinya untuk melengkapi pakaian yang panjangnya hingga dibawa lutut atau sebagai pelangkap abaya.<br /></li><li>Koleksi selendang atau pashmina bisa dikenakan sebagai jilbab dengan bantuan peniti dan bros.</li></ol>Untuk awalnya jangan terlalu kaku bahwa berjilbab harus begini atau begitu. Selain harus menutupi aurat, syar'i dan tidak terlalu menonjolkan bentuk tubuh, terutama dan terpenting Anda harus merasa nyaman dengan penampilan baru Anda.<br /><br />Jilbab ada 2 model, pendek (sebahu) dan panjang (hingga pinggang), tapi bisa dibagi 2 jenis:<br /><ul><li>Jilbab instan. Jilbab siap pakai, tinggal masukkan ke kepala...beres daaah. Sifatnya lebih nyantai, cocok untuk acara-acara non-formil juga pas untuk kegiatan sehari2. Orang yang praktis suka banget ama jilbab model ini.</li><li><a style="font-style: italic;" href="http://www.ayeshabutik.blogspot.com">Jilbab segiempat.</a> Dari kain segiempat, polos atau dibordir atau disulam. Pakainya harus sabar, agak repot-repot dikit. Sifatnya lebih formil, bisa untuk kondangan bisa juga untuk ngantor. Orang yang modis dan selalu tampil perfect suka gaya jilbab yang satu ini.</li></ul>Secara bertahap, Anda akan menemukan gaya dan ciri sendiri yang nyaman. Nah, Anda bisa mulai <a href="http://www.tokojilbab.blogspot.com/"><span style="font-style: italic;">mengoleksi jilbab, baju dan perlengkapan lainnya</span> </a>yang tentu saja tetap disesuaikan dengan budget yang dimiliki.</div><div style="text-align: justify;"><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Semoga tips sederhana ini bermanfaat bagi yang masih berpikir-pikir dan belum yakin untuk mengenakan jilbab.</span><br /></div>linatohirhttp://www.blogger.com/profile/05233837764898752534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4270385914118439835.post-64270118430844060462009-04-27T22:23:00.008+07:002009-05-12T22:26:12.459+07:00Euforia produk impor<div style="text-align: justify;">Beberapa hari yang lalu ada stasiun televisi swasta menyiarkan tentang salah satu mall terkenal di jakarta yang kebanjiran pengunjung karena mall tersebut sedang memberi diskon hingga 75% pada produk sepatu impor dari negara cina, korea dan bosnia. Dari harga yang dibandrol sekitar 400-an ribu rupiah, dengan diskon 75%, harganya menjadi 100-an ribu rupiah.<br /><br />Bukan main..., sangat luar biasa antusiasme para pengunjung. Menurut laporan reporter televisi tersebut, meskipun untuk mendapatkan barang tersebut calon pembeli harus rela antri rata-rata 4 jam, tetap saja antreannya jika diukur mencapai sekitar 2 km panjangnya. Tidak sedikit dari mereka yang memborong 4-5 pasang sepatu tersebut. Saat diwawancarai sang pembeli beralasan, "kapan lagi dapat diskon gede seperti ini, sepatu impor lho..."<br /><br />Yang menarik label impornya atau diskon gila-gilaannya?<br /><br />Fenomena yang sama terjadi di pasar tanah abang, pusat grosir terbesar di tanah air bahkan konon di asia pasifik, beberapa bulan lalu, saat awal-awal blouse kotak-kotak wanita yang diimpor dari cina atau korea menyerbu pasar ini. Luar biasa animo masyarakat! Mengherankan. Modelnya memang menarik tapi bahannya tipis sekali dan sekali dicuci langsung buluk. Meski ditawarkan dengan harga 75 - 125 ribu per potong, tetap saja laris manis bak kacang goreng. Para pedagangnya bisa menangguk omset puluhan juta per hari! Tergiur keuntungan sangat lumayan itu, akhirnya hampir setiap kios penjual baju wanita menjual juga baju sejenis.<br /><br />Label imporkah yang jadi magnet?<br /><br />Anehnya dalam hal perlengkapan beribadah, khususnya sarung dan mukena (atau ruku' atau telekung) hingga saat ini masyarakat Indonesia masih tetap mengandalkan buatan bangsanya sendiri, <span style="font-style: italic;">made-in dewe. </span>Tasikmalaya dan Padang masih jadi idola dengan bordir andalannya. Syukurlah. Entah karena dalam hal ibadah bangsa kita lebih suka akan produk bangsanya ataukah karena bangsa lain belum membuatnya?<br /><br />Hati suka miris saat sebagai pedagang kita menawarkan barang yang persis sama tapi dengan pilihan "impor" atau "buatan sini" dan pembeli jauh lebih antusis membeli yang "impor," meskipun "buatan sini" tak kalah bagus dalam hal model dan mutu.<br /><br />Kapan ya bangsa ini bisa bangga akan buatan anak negerinya sendiri? Tahukah bahwa sebagian orang di luar negeri sana, dengan bangga menggunakan merk made-in Indonesia? Bahkan di Amerika sana ada yang rela mengeluarkan kocek 6 juta rupiah hanya untuk selembar baju karya anak bangsa ini? Tahukah bahwa ada produk-produk yang dibuat di Indonesia, yang setelah dikirim keluar negeri dan diberi label merk "made-in luar negeri," dikembalikan dan dijual mahal di Indonesia?<br /><br /><br /><br /></div>linatohirhttp://www.blogger.com/profile/05233837764898752534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4270385914118439835.post-3334780574077620092009-04-19T19:49:00.002+07:002009-04-19T20:42:17.232+07:00Balita Cari Uang<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: trebuchet ms;">Hari sudah agak larut malam saat kendaraan umum mikrolet jurusan kota Depok - Kampung Rambutan yang kunaiki berhenti di persimpangan lampu merah Pasar Rebo. Sekilas kulirik jam tanganku, pukul 21.00 lewat batinku. Lalu lintas masih ramai, pasti karena malam ini malam minggu. Sesaat setelah mikrolet berhenti naiklah seorang anak balita laki-laki, kutaksir usianya baru menjelang 3 tahun, dan abangnya yang berusia sekitar 7-8 tahunan. Mulanya kukira penumpang, ternyata pengamen. Si abang tergesa-gesa membagikan amplop-amplop kecil kosong kepada kami para penumpang, seraya berkata, "permisi om permisi tante mo numpang ngamen." Si adik balita berdiri berpegangan pada bangku kecil yang menempel di dekat pintu mikrolet itu.<br /><br />Selesai membagi-bagikan amplop anak laki-laki itu turun meninggalkan adik kecilnya sendirian diatas mikrolet memulai aksinya, bertepuk-tepuk riang dengan menggunakan tangan-tangannya yang mungil dan kotor. Baru dia mulai mengeluarkan suara kecilnya untuk bernyanyi beberapa penumpang sudah tertawa, gemas sekali melihatnya sekaligus prihatin, mungkin.<br /><br /><span style="font-style: italic;">"Ibumu mana?" tanya salah seorang penumpang. Disambung penumpang lainnya, "kamu mau ngapain nak?" Dengan lucunya dia menyahut, "minta uang om, bagi uangnya tante, bagi uangnya kakak," sambil menyodorkan telapak tangannya ke arah kami semua. Tak tega, semua penumpang memberinya uang. "Makasih om, makasih tante, makasih kakak," katanya sambil tertawa-tawa kegirangan melihat tangan mungilnya penuh amplop putih dan uang ribuan.</span><br /><br />Tiba-tiba lampu lalulintas berubah hijau, entah dari arah mana muncul si abang dan menyeret adiknya turun dari mikrolet. Benar-benar menyeretnya! Membuat semua penumpang spontan berteriak ngeri, "woooiiiii....!!!" Gak ada pengaruhnya. Mereka segera menghilang dengan sekejap diantara ramainya lalulintas, sama seperti munculnya.<br /><br />Sungguh miris menyaksikan kejadian ini. Ini sudah hampir jam setengah sepuluh malam. Kemana gerangan orangtuanya? Apakah mereka yatim piatu? Orang tua macam apa yang tega membiarkan anak balita begitu mencari uang?<br /><br />Kebetulan ada seorang penumpang naik ke mikrolet saat lampu merah di persimpangan Pasar Rebo tadi, beliau supir taksi yang sering nongkrong berisitirahat sejenak di salah satu warung kopi di sekitar lampu merah itu. Menurut beliau, ibu dari kedua pengemis kecil tadi ada di seberang jalan menunggu sambil mengawasi kedua anaknya "bekerja." Dulunya si ibu yang mengemis tapi hasilnya tak seberapa. <span style="font-style: italic;">Orang-orang jauh lebih jatuh iba pada anak-anak balita. Makanya ia lalu memberdayakan anak-anaknya untuk mendapatkan penghasilan lebih banyak.</span><br /><br />Ya Allah.... Merinding bulu kudukku mendengarnya, dada serasa sesak, ada yang tersumbat di tenggorokan. Terbayang saat sebagian besar balita di dunia sedang tertidur lelap di kamar yang nyaman dalam kasih sayang orangtuanya, ada balita-balita yang masih belum tidur karena masih harus mencari uang untuk menafkahi keluarganya.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /></span><span style="font-family: trebuchet ms;"></span></div>linatohirhttp://www.blogger.com/profile/05233837764898752534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4270385914118439835.post-35505177881408429072009-04-14T22:51:00.012+07:002009-04-17T22:33:20.890+07:00Emak - sang bakul pecel<div style="text-align: justify;">Di Ruko blok F lama, masih dalam kawasan pasar grosir tanah abang, persisnya di belakang mesjid blok F lama dekat lorong menuju toilet...hehehee, adalah seorang bakul pecel. Usianya diatas 40 tahun. Para pelanggan memanggilnya "emak." Ia duduk di bangku kecil dikelilingi makanan dagangannya. Selain aneka sayuran rebus khas pecel, lontong dan nasi, ia juga menyediakan bakmi goreng, tahu, tempe dan bakwan goreng, aneka rempeyek dan aneka lado. Telor ceplok, terong, kentang, krecek (kulit), ikan tongkol, semua serba dimasak sambel balado. Warnanya serba merah membara, orang padang bilang bikin "tarbit salero". Piring dan sendoknya plastik, dialasi daun. Abis makan, daun dan sendok dibuang. Kalau ada yang mau makan, tinggal dialasi daun lagi. Gak perlu cuci piring, praktis! Yang mau minum tinggal ambil di kotak pendingin yang disediakan, bayarnya nanti sekalian ama makanan.<br /><br />Hampir semua yang pernah melewati areal itu pasti mengetahuinya, terutama para karyawan toko-toko di sekitar situ. Setiap hari emak mulai jualan pukul 11.00 hingga pukul 19.00, tapi tak jarang belum pukul 17.00 sudah habis bis bis dagangannya. Kalau mampir kesitu pas jam makan siang sekitar pukul 12.00 - 14.00an jangan harap bisa dapat layanan cepat. Yang beli berjubeel! Antrinya bo...beda-beda tipis ama pasar obral, saling teriak semua minta dilayani duluan. Kalau sudah jadi langganan diperbolehkan memilih dan memotong-motong sendiri dengan gunting lontong dan gorengannya, lalu dengan sabar mencondongkan piring berisi potongan-potongan makanan itu ke arah emak, menunggu emak memberi sayuran dan menyiramnya dengan bumbu pecel. Sambil tangan sibuk melayani para pelanggan yang mengerumuninya, sesekali terdengar teriakan emak dengan logat jawanya yang kental, "sabaarr...saabarrr toh lee...."<br /><br />Aku lebih senang makan disitu di sore hari, saat pembeli tinggal satu-satu. Biar bisa sambil ngobrol sama emak. Itu saya lakukan akibat rasa penasaran setelah beberapa kali melihat kerumunan kalau kebetulan sedang melintas disitu. Masih banyak juga yang mampir di sore hari, biasanya para pedagang, mampir membeli lauk matang supaya tidak perlu lagi repot memasak di rumah nanti setelah seharian mencari uang di pasar atau sebagai selingan menu...entahlah.<br /><br />Setelah mampir untuk kedua kalinya, emak baru mau mulai bercerita tentang kehidupannya. Emak memiliki 9 anak...wooww... Beliau menolak bercerita tentang suaminya. Yang jelas setiap hari emak harus bekerja keras membanting tulang sebagai bakul pecel untuk memberi makan ke-17 nyawa, anak-anak dan cucu-cucunya, yang masih tinggal bersamanya...bukan main!<br /><br />Namun yang membuatku heran, sebegitu besar omset yang diperoleh emak, rata-rata 400-500 ribu per hari kadang lebih. Coba saja kita hitung, selama 1 jam saya nongkrong ada 10 an orang yang makan disitu masing-masing minimal rp 4.000,-, jadi semasa sepi begitu dalam satu jam emak mendapat minimal rp 40.000,-. Bisa dibayangkan berapa kira-kira yang ia peroleh selama 2 jam saat makan siang yang ramai. Toh tetap saja emak mengeluh kekurangan. Ada apa ini?<br /><br />Ternyata belakangan ini makin banyak karyawan toko yang "kasbon" alias makan dulu bayar nyusul. Jumlahnya lumayan memberatkan untuk ukuran pedagang bakulan, rata-rata rp 50.000,- - rp 150.000,- per orang. Berawal dari rasa tak tega emak terhadap para karyawan, yang mengingatkannya pada anak cucunya, berakhir dengan kewalahan sendiri dan mati akal. Pasalnya, setelah tagihan mencapai rp 100.000,- sang karyawan "nakal" menghilang tiba-tiba. Bukan karena dipecat atau dapat job baru, tapi kebanyakan karena dapat tempat makan baru, tempat hutangan baru, meninggalkan emak yang hanya bisa mengelus dada dan ngomel-ngomel..., sambil berharap suatu hari anak-anak itu membayar hutangnya, meskipun dengan cara menyicilnya.<br /><br /><br /><br /><br /></div>linatohirhttp://www.blogger.com/profile/05233837764898752534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4270385914118439835.post-66257314464244366262009-03-10T20:13:00.012+07:002009-05-14T21:38:08.376+07:00Ayamnya Belum Diasuransi<div style="text-align: justify;">Saat bekerja di salah satu kontraktor telekomunikasi di daerah Kebon Jeruk Jakarta Barat, setiap sore sebelum pulang kami biasanya ngobrol ngalor ngidul, tentang apa saja. Sembari menunggu jemputan bagi yang dijemput, menunggu macet di jalanan berkurang, kadang menunggu hujan reda, atau menunggu waktu shalat maghrib jika kami akan meneruskan kerja karena harus lembur kalau kebetulan perusahaan kami sedang mengikuti tender.<br /><br />Sore itu kami sedang mendengarkan cerita seru pak Arvin yang baru pulang dari liburan cuti bersama keluarganya. Temanku pak Arvin ini baru kembali dari cuti selama 14 hari ke kampung halamannya Makassar, Sulawesi Selatan. Tapi yang lebih seru adalah ketika pak Arvin berkisah tentang ayam-ayam piaraannya yang mati semua saat ditinggalkannya selama dua minggu. Pak Arvin menyebutnya sebagai musibah keluarga.<br /><br />Sebelum berangkat cuti bersama keluarganya, dia bingung kepada siapa ia harus menitipkan ke sepuluh ekor ayamnya, karena mereka tinggal di komplek perumahan. Tidak ada orang yang mau dititipi ayam sebanyak dan selama itu. Akhirnya dia memutuskan untuk mengurung semua ayamnya ke dalam ruang tamu rumahnya dan menyiapkan persediaan makanan untuk mereka berupa butiran jagung, dedak dan air untuk jatah selama dua minggu.<br /><br />Bisa ditebak, saat mereka kembali dari liburan semua ayam sudah mati dan kondisi ruang tamunya....tidak bisa digambarkan dengan kata-kata seperti apa persisnya. Bangkai ayam bertebaran dimana-mana, di meja, di kursi, di atas kap lampu, di atas televisi, bercampur dengan kotoran, makanan dan air. Sangat berantakan dan kacau balau. Butuh beberapa hari untuk menghilangkan bau tak sedap itu dari rumah mereka. Dan butuh dana ekstra untuk mengganti beberapa barang yang harus dibuang karena tidak lagi bisa digunakan setelah musibah itu. Menutup cerita itu dia berkata dengan polosnya, "Padahal sengaja saya sediakan jatah makanan dan air untuk dua minggu, supaya bisa mereka atur sendiri..."<br /><br />Selama pak Arvin bercerita, tak putus-putusnya kami tertawa terpingkal-pingkal..ha..ha..hi..hi.. hu..hu..he..he..kami tidak bisa menghentikannya, sampai keluar airmata. Semakin tak tertahankan rasanya tawa kami saat banyak dari kami yang berkomentar dan bertanya. Mengapa ayam-ayamnya gak dititipkan saja ke kita? Mengapa ayam-ayamnya gak diberitahu agar mengatur stok makanan dan airnya? Mengapa pak Arvin gak menunjuk 1 ayam sebagai korlap (koordinator lapangan)? Mengapa gak dibikinkan jadwal makan minum dan ditempel di dinding ruang tamu, supaya mereka bisa membacanya? Mengapa sebelum berangkat cuti pak Arvin gak mengasuransikan ayam-ayam tersebut?<br /><br />Atas semua pertanyaan dan komentar kami, pak Arvin hanya menjawab, "Mengapa gak bilang dari dulu...........??"<br /></div>linatohirhttp://www.blogger.com/profile/05233837764898752534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4270385914118439835.post-20680069288472085102009-03-10T20:00:00.012+07:002009-05-14T21:30:41.314+07:00Penyuluhan untuk Kepiting......<div style="text-align: justify;">Seorang teman, tetangga rumah di kampungku nun jauh di timur sana adalah seorang pria yang sedikit kewanitaan. Eileen namanya. Tak tau siapa nama aslinya. Tubuhnya gemulai, sungguh feminin. Yang masih menampakkan sisa-sisa bahwa dia pria adalah jakunnya yang menonjol.<br /><br />Saat kuliah dia masuk ke jurusan pertanian. Siang kuliah, sore kerja di salon, malam nongkrong-nongkrong di club murahan yang mulai bermunculan di daerah kami. Dia sangat menikmati kehidupan barunya di ibukota kecil ini, dia merasa lebih dihargai sebagai manusia. Di lingkungannya yang baru orang tidak begitu peduli apa dia laki-laki atau perempuan. Berbeda waktu di kampung, temannya hanya beberapa orang, kebanyakan selalu mencibir karena dia membiarkan dirinya menyalahi kodrat.<br /><br />Topik kuliah hari ini adalah penyuluhan pertanian. Dosen memberi tugas pada para mahasiswa untuk menjelaskan definisi dari penyuluhan dan langkah-langkah dalam penyuluhan, kebetulan hari ini Eileen yang dapat kehormatan untuk pertama kali tampil.<br /><br />Dengan penuh semangat dan penuh percaya diri dia maju ke depan, dengan gaya serius dia memulai penjelasannya dalam logat daerah dan logat "wanita"nya yang kental:<br /><br />"Teman-temanku dan bapak dosen, se mo jelaskan urut-urutan dalam melakukan penyuluhan. Mudah sekali caranya. Pertama sediakan dulu peralatan, antaranya keranjang, tali, tongkat kayu, dan jangan lupakan itu lampu petromax. Bawakan juga dengan jaketnya, karna malam dingin sekali itu. Berangkat mi ke laut agak malam, lebih baik lagi kalo sedang bulan purnama, karena itu kepiting dia penuh telurnya."<br /><br />Teman-teman sekelasnya sudah tidak tahan mendengarnya dan mulai tertawa, dari tawa tertahan sampai beberapa diantaranya mulai terbahak-bahak. Eileen merasa heran mengapa teman-temannya menertawakan dirinya yang sedang mencoba menjelaskan urut-urutan dalam menyuluh kepiting. Apa dia terlihat tidak serius dalam menjelaskan? Mungkin urut-urutannya salah pikirnya. Maklum sudah 2 tahun sejak terakhir kali dia menyuluh kepiting bersama teman-temannya di kampung.<br /><br />Meski heran, sambil mengernyitkan dahi dia meneruskan, "sampai di laut, nyalakan mi dulu petromaxnya, supaya terang dan keliatan itu kepitingnya toh. Turun mi ke tempat yang agak dalam, iiihh....ada mi kepitingnya. Hati-hati tahan punggungnya dengan kayu supaya dia tidak lari, lipat jari-jarinya ikat dengan tali. Jangan sampe dijepit tangan atau kakinya kita, ....auuuchh..sakit sekali itu kasiaaannn..."<br /><br />Sampai disini ceritanya, sang dosen tidak tahan lagi dan langsung memotong, "yang kita sedang kita bahas hari ini urut-urutan dalam penyuluhan pertanian, bukan cara menyuluh kepiting..."<br /><br />"Auuuch...begitukah bapak dosen? Sudah mi pale saya duduk saja...," komentarnya sambil berlari-lari menuju bangkunya dengan muka merah menahan malu...<br /><br /><br />Note:<br /><span style="font-size:85%;"><span style="font-style: italic;">Kamus daerah sulawesi tenggara:<br />- menyuluh kepiting = menangkap kepiting<br />- mi, pale = kata sandang sebagai bunga kata tanpa arti, seperti lah, deh, dong.<br /></span></span><br /><br /><br /><br /><br /></div>linatohirhttp://www.blogger.com/profile/05233837764898752534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4270385914118439835.post-266890791500607812009-03-02T18:01:00.012+07:002009-05-14T21:34:09.839+07:00Beautiful Stranger<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOQHWyAuN5J7ikiMBgAU_dEabnps92jiB5yvZ7CTv6qOEJd_1n6kZ13GCbSyOGJcShbGapLRHj1U00TkbC7t44knTwphsrtXpIIzUGTYCfmitD2_9180ZRtQVCvG_a-VLH9qUuY2ydb6Y/s1600-h/DSC00264.JPG"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 150px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOQHWyAuN5J7ikiMBgAU_dEabnps92jiB5yvZ7CTv6qOEJd_1n6kZ13GCbSyOGJcShbGapLRHj1U00TkbC7t44knTwphsrtXpIIzUGTYCfmitD2_9180ZRtQVCvG_a-VLH9qUuY2ydb6Y/s200/DSC00264.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5308544797939144242" border="0" /></a><span style="font-family:trebuchet ms;">Judul : </span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:130%;" >Beautiful Stranger</span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Penulis : Hope Donahue</span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Genre : Kisah Nyata</span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Terbitan : <a href="http://www.gramedia.com/">Gramedia</a> tahun 2005</span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Tentang : </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;" >Obsesi seorang remaja untuk tampil cantik dan sempurna melalui berbagai operasi plastik</span><br /><br /><div style="text-align: justify;"><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-style: italic;font-size:180%;" >B</span>erkisah tentang si penulis sendiri, yang semasa remaja sempat tergila-gila, ter-<span style="font-style: italic;">"addicted"</span> pada operasi plastik, agar merasa tampil cantik sempurna, untuk menutupi kemampuannnya yang pas-pasan di segala bidang lainnya.</span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Terlahir sebagai putri semata wayang dari keluarga kaya raya turun temurun di Los Angeles, AS, membuat Hope merasa kehidupannya kosong. Orang tua yang super sibuk dengan urusan masing-masing. Kekosongan dalam hati dan jiwa yang dirasakan karena sejak kecil selalu "sendirian", perlahan-lahan namun pasti terisi oleh obsesi-obsesinya ingin cantik dan sempurna, ingin menjadi orang yang "berarti" dan diperhitungkan sebagai "diri"nya. Semakin lama obsesinya semakin menyeretnya ke serangkaian "permak sana permak sini" yang tiada henti-hentinya.</span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Tak peduli rasa sakit dan penderitaan luar biasa yang dideritanya pasca setiap prosedur operasi yang dijalani. Tak peduli biaya yang telah dihabiskan selama tahun-tahun mengunjungi dokter-dokter untuk memuaskan obsesinya. Tak terhitung sudah operasi yang dijalaninya, hidung, bibir, hidung lagi, alis, tulang pipi, alis lagi, payudara, terus dan terus. Setiap sedang merasa gelisah, ada saja yang ia pikir harus di"permak" lagi. </span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Salah satu korban dari ketidakacuhan orang tua untuk menyadari kebutuhan dasar anaknya, kedekatan, pengakuan dan kasih sayang. Korban dari orang tua yang menganggap kelimpahan materi identik dengan bukti kasih sayang yang melimpah.</span><br /><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Jika pada akhirnya Hope berani bangkit kembali menjadi "diri"nya, termasuk berani mencabut implantasi silikon di payudaranya. Malang bagi si gadis Korea berikut ini, ia menjadi cacat seumur hidup juga karena "kegilaan"nya yang tak terkendali pada "permak" wajah.</span><br /></div><p style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:130%;"><span style="font-style: italic;">Lain lagi kasus yang terjadi di Korea....</span></span><br /></p><p style="text-align: justify;font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:180%;"><span style="font-style: italic;">D</span></span>i situs <a style="font-style: italic;" href="http://www.weirdasianews.com/2008/11/18/woman-addicted-surgery-injects-oil-face/">weirdasianews</a><span style="text-decoration: underline;"><span style="font-style: italic;"></span></span> diberitakan tentang Hang Mioku, gadis korea yang sebenarnya cantik ini menjadi salah satu dari banyak korban operasi "permak" wajah ini.</p><p style="font-family: trebuchet ms; text-align: justify;">Hang Mioku, yang menjalani operasi plastik pertamanya pada usia 28 tahun, adalah korban pecandu operasi plastik yang membiarkan obsesinya akan operasi plastik wajah menghancurkan hidupnya.<br /></p><p style="font-family: trebuchet ms; text-align: justify;">Setelah operasi plastiknya yang pertama, kecanduannya akan operasi plastik membawanya ke Jepang untuk menjalani operasi-operasi selanjutnya, yang kemudian menjadikan <a style="font-style: italic;" href="http://www.weirdasianews.com/2008/11/18/woman-addicted-surgery-injects-oil-face/">wajahnya melebar dan rusak</a><span style="font-style: italic;">.</span> Akhirnya para ahli yang dikunjunginya memberitahunya untuk tidak lagi menjalani operasi dan menyarankan ia mencari bantuan untuk mengatasi kecanduannya itu.<br /></p><p style="font-family: trebuchet ms; text-align: justify;">Sekembalinya ke Korea, wajah Mioku sudah sedemikian rusaknya sehingga tidak ada lagi keluarga yang mengenalinya. Setelah mencari orang yang bersedia melakukan operasi untuknya, akhirnya Mioku menemukan seorang dokter Korea setempat yang lalu memberinya silokon, yang bisa ia suntikkan sendiri ke wajahnya. Mioku sudah sedemikian terobsesinya, sehingga ia bahkan menyuntikkan minyak goreng ke wajahnya jika sedang kehabisan silikon.<br /></p><div style="text-align: justify;"><span style="font-family:trebuchet ms;">Belakangan, Mioku ditampilkan dalam TV show Korea akibat kecanduan dan kerusakan wajahnya. Banyak permirsa yang kemudian mengiriminya uang agar ia dapat menjalani operasi untuk mengurangi ukuran wajahnya.</span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Setelah melihat kesalahan fatal yang dibuatnya, Mioku hanya dapat berharap seandainya saja ia dapat memperoleh kembali wajahnya yang asli.</span><br /><br /><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-style: italic;font-size:180%;" >S</span><span style="font-style: italic;">aya hanya berharap siapapun yang membaca ini, dapat menjadikan ini pelajaran.</span></span><br /><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;" >Sebenarnya, apa yang kurang dari yang sudah Allah berikan kepada kita manusia? Tidak ada dari kita manusia ini yang sempurna bukan? Bersyukurlah pada apapun yang Allah telah anugerahkan kepada kita. Alhamdulillah wa syukurillah....</span></div>linatohirhttp://www.blogger.com/profile/05233837764898752534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4270385914118439835.post-53134518390975895022009-03-01T22:07:00.005+07:002009-05-14T21:31:32.297+07:00Ku lap "Ayah" Temanku Sampai Bersih<div style="text-align: justify;"><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-family:georgia;">Kisah ini terjadi di banda aceh. Setiap mengingatnya pasti aku tersenyum, sekaligus kangen pada para sahabatku semasa SMA. Masa-masa SMA yang indah kulalui di kota Banda Aceh, ibukota dari provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, kota yang sarat kenangan bagiku.</span></span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-family:georgia;"><br />Suatu hari salah seorang teman sekelasku, Sofia, mengundang kami semua ke pesta ulang tahunnya yang ke-17, sweet seventeen. Saat itu kami kelas 2 dan aku baru beberapa bulan tinggal di Banda Aceh, pindahan dari Kutacane, kota kecil di Aceh Tenggara.</span></span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-family:georgia;"><br />Senangnya bukan main. Ini undangan pertamaku. Bagi kami para anak rantau, undangan berarti makanan dan makanan di pesta berarti perbaikan gizi..he..he..he.., bisa terlepas sejenak dari 3T (<span style="font-style: italic;">telur, teri, tongkol)</span> dan 3K (<span style="font-style: italic;">kangkung, kol, kentang</span>) yang merupakan santapan rutin di asrama putri tempatku tinggal selama menuntut ilmu di kota istimewa ini.</span></span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-family:georgia;"><br />Di hari-H yang kutunggu-tunggu, sepulang sekolah beberapa orang diantara kami langsung menuju rumah Sofia. Kami sengaja datang duluan untuk bantu-bantu persiapan acara malam harinya. Tidak ada yang istimewa sebenarnya, hanya doa bersama, tiup lilin dan makan-makan. Tidak ada rame-rame, hanya teman-teman sekelas yang diundang. Pada era 80'an waktu itu, bisa dibilang tatanan pergaulan di Aceh masih sangat ketat. Hanya keluarga yang benar-benar moderat yang mengizinkan anak-anaknya ber"hura-hura" sedikit. Jadi sungguh menyenangkan bagi kami semua bisa berkumpul sepanjang hari, becanda, bercerita ngalor ngidul.</span></span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-family:georgia;"><br />Setelah makan siang, kami langsung melaksanakan tugas masing-masing. Tak banyak yang harus dikerjakan, hanya menggeser-geser kursi, lap-lap dan bersih-bersih ruangan. Ibunya Sofia telah menyiapkan segalanya. Akupun mulai beraksi, menggosok-gosok sampe bersih meja dan kursi di ruang tamu dan ruang keluarga. Akhirnya, tinggal satu meja kecil di samping salah satu pintu itu, selesailah tugasku. Melihat mejanya sudah bersih, datang salah satu teman menenteng loudspeaker kecil dan bermaksud meletakkannya diatas meja itu.</span></span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-family:georgia;"><br />Tiba-tiba muncul ibunya Sofia tergopoh-gopoh dari arah dapur, melambai-lambaikan kedua tangannya kearah kami sambil berkata, "Ei...ei...jangan..jangan..ada abu disitu!"</span></span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-family:georgia;"><br />Aku yang merasa sudah melap meja itu sampai bersih langsung menjawab, "Abunya sudah bersih saya lap tante."</span></span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-family:georgia;"><br />Sesaat suasana menjadi hening, sunyi senyap. Perasaanku jadi aneh. Aku heran kenapa ibunya Sofia menatapku begitu aneh!! Tapi lebih heran lagi tiba-tiba semua temanku tertawa terpingkal-pingkal.</span></span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-family:georgia;"><br />Ternyata dibalik pintu dimana meja itu berada adalah kamar tempat "abu"nya Sofia beristirahat! Dan "abu" adalah panggilan untuk ayah bagi kebanyakan teman-temanku di Aceh. Pantesan....!!!!</span></span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-family:georgia;"><br />Aku menyesali keterbatasan bahasaku, tapi aku merasa mulai menyukai kota ini......</span></span><br /></div>linatohirhttp://www.blogger.com/profile/05233837764898752534noreply@blogger.com0