Selasa, 10 Maret 2009

Penyuluhan untuk Kepiting......

Seorang teman, tetangga rumah di kampungku nun jauh di timur sana adalah seorang pria yang sedikit kewanitaan. Eileen namanya. Tak tau siapa nama aslinya. Tubuhnya gemulai, sungguh feminin. Yang masih menampakkan sisa-sisa bahwa dia pria adalah jakunnya yang menonjol.

Saat kuliah dia masuk ke jurusan pertanian. Siang kuliah, sore kerja di salon, malam nongkrong-nongkrong di club murahan yang mulai bermunculan di daerah kami. Dia sangat menikmati kehidupan barunya di ibukota kecil ini, dia merasa lebih dihargai sebagai manusia. Di lingkungannya yang baru orang tidak begitu peduli apa dia laki-laki atau perempuan. Berbeda waktu di kampung, temannya hanya beberapa orang, kebanyakan selalu mencibir karena dia membiarkan dirinya menyalahi kodrat.

Topik kuliah hari ini adalah penyuluhan pertanian. Dosen memberi tugas pada para mahasiswa untuk menjelaskan definisi dari penyuluhan dan langkah-langkah dalam penyuluhan, kebetulan hari ini Eileen yang dapat kehormatan untuk pertama kali tampil.

Dengan penuh semangat dan penuh percaya diri dia maju ke depan, dengan gaya serius dia memulai penjelasannya dalam logat daerah dan logat "wanita"nya yang kental:

"Teman-temanku dan bapak dosen, se mo jelaskan urut-urutan dalam melakukan penyuluhan. Mudah sekali caranya. Pertama sediakan dulu peralatan, antaranya keranjang, tali, tongkat kayu, dan jangan lupakan itu lampu petromax. Bawakan juga dengan jaketnya, karna malam dingin sekali itu. Berangkat mi ke laut agak malam, lebih baik lagi kalo sedang bulan purnama, karena itu kepiting dia penuh telurnya."

Teman-teman sekelasnya sudah tidak tahan mendengarnya dan mulai tertawa, dari tawa tertahan sampai beberapa diantaranya mulai terbahak-bahak. Eileen merasa heran mengapa teman-temannya menertawakan dirinya yang sedang mencoba menjelaskan urut-urutan dalam menyuluh kepiting. Apa dia terlihat tidak serius dalam menjelaskan? Mungkin urut-urutannya salah pikirnya. Maklum sudah 2 tahun sejak terakhir kali dia menyuluh kepiting bersama teman-temannya di kampung.

Meski heran, sambil mengernyitkan dahi dia meneruskan, "sampai di laut, nyalakan mi dulu petromaxnya, supaya terang dan keliatan itu kepitingnya toh. Turun mi ke tempat yang agak dalam, iiihh....ada mi kepitingnya. Hati-hati tahan punggungnya dengan kayu supaya dia tidak lari, lipat jari-jarinya ikat dengan tali. Jangan sampe dijepit tangan atau kakinya kita, ....auuuchh..sakit sekali itu kasiaaannn..."

Sampai disini ceritanya, sang dosen tidak tahan lagi dan langsung memotong, "yang kita sedang kita bahas hari ini urut-urutan dalam penyuluhan pertanian, bukan cara menyuluh kepiting..."

"Auuuch...begitukah bapak dosen? Sudah mi pale saya duduk saja...," komentarnya sambil berlari-lari menuju bangkunya dengan muka merah menahan malu...


Note:
Kamus daerah sulawesi tenggara:
- menyuluh kepiting = menangkap kepiting
- mi, pale = kata sandang sebagai bunga kata tanpa arti, seperti lah, deh, dong.





0 komentar:

Posting Komentar