Jumat, 08 Mei 2009

Taj Mahal - Kisah Cinta Abadi

Judul : Taj Mahal
Disadur dari: Beneath a Marble Sky: A Novel of the Taj Mahal (2004)
Penulis : John Shors

Genre : Fiksi Sejarah
Terbitan : Mizan Publishing tahun 2006

Tentang : Kisah cinta abadi berlatar belakang salah satu keajaiban dunia



"Dramatis! Agung! Penuh gairah! Shors adalah penulis dengan daya khayal yang meyakinkan"
Sandra Gulland - pengarang The Josephine B. Trilogy

Itulah salah satu komentar dari beberapa komentar yang tercantum di sampul depan dan sampul belakang buku ini, dan komentar inilah yang paling kusuka. Beneran, memang ceritanya sangat dramatis penuh gairah dalam suasana kerajaan yang begitu penuh keagungan. Ceritanya yang dahsyat itu bikin gak mau berhenti baca sebelum bab terakhir berakhir

Buku ini memang sudah lama sekali terbit, kuulas lagi karena lagi keranjingan nulis di blog. Juga, beberapa tahun belakangan ini sudah jarang sekali baca buku, terutama novel, karena terlalu banyak "baca" layar kaca alias internet. Passionnya jelas beda. Juga selama ini sudah mulai terlalu terobsesi baca segala macam buku motivasi....wwwrrrrr....lama-lama teler juga. Makanya sekarang harus berlatih lagi baca buku beneran.

Ringkasan cerita versi sampul belakang novelnya kira-kira begini:

Penguasa Hindustan, Shah Jahan, mengalami maha duka setelah istrinya, Mumtaz Mahal, meninggal saat melahirkan bayi sungsang di tenda perang. Pada tahun 1632, ia menitahkan penciptaan istana pualam - yang dirancang berdasarkan citra tentang surga dalam al-Quran - sebagai jejak terakhir istrinya. Dengan bantuan Isa, arsitek berdarah Persia, ditambah dua puluh dua ribu pekerja dan ratusan gajah, ia berhasil mewujudkan Lambang Keagungan cinta yang diberinya nama: Taj Mahal.

Berlatar belakang asmara dan pengkhianatan, intrik dan perang saudara, Jahanara - anak Mumtaz Mahal, membabar kisah di balik pencipatan Taj Mahal. Ia bercerita tentang dirinya yang berusaha kabur dari "suami politiknya" dan memburu kekasih rahasia yang bersembunyi di balik dinding-dinding Taj Mahal.
Tapi ia kemudian terjebak dalam perang antara kakak-kakaknya: pangeran Dara Shikuh, seorang mistikus yang berjuang mempersaudarakan Muslim dan Hindu, melawan pangeran Aurangzeb, yang gila takhta dan gemar memanipulasi agama untuk menumpas lawan-lawan politiknya. Aurangzeb lalu menasbihkan diri sebagai Raja Alamgir setelah berhasil merebut kekuasaan dari ayahnya.

Begitulah. Kisah ini membawa kita memasuki India di masa silam, kemewahan harem dan kesyahduan sungai Yamuna, dalam sebuah pertunjukan klasik - pertarungan antara kuasa, cinta dan angkara.

Setiap tokoh yang menonjol, sangat mewakili sikap dan sifat manusia dalam menjalani hidup ini:

Jahanara, mewakili wanita cerdas, cerdik dan berani. Mewakili bakti seorang anak kesayangan kepada orangtua dan keluarganya, berusaha keras mencegah perpecahan dalam keluarga sekaligus mencari dan mempertahankan kebahagiaan dan kehidupannya sendiri.

Aurangzeb, mewakili sosok licik, rakus, bengis dan berhati dingin. Menghalalkan segala cara, bahkan dalil-dalil agama sekalipun, untuk menaklukkan kerajaan dan mendapatkan kekuasaan, meskipun harus mengorbankan sang raja yang notabene adalah orang tuanya sendiri.

Dara Shikuh, mewakili sosok halus pencinta perdamaian dan penjunjung tinggi kesetaraan derajat dan kepercayaan. Yang sayangnya mengganggap semua persoalan bisa diselesaikan lewat pendekatan halus tanpa konfrontasi. Keragu-raguannya dalam menghadapi kelicikan adiknya, Aurangzeb, dan keyakinannya bahwa cara damai lebih baik dari pada konflik, membuatnya kehilangan kepala.

Nizam dan Ladli, mewakili sosok sahabat yang sangat menjunjung tinggi kesetiaan. Seperti kepompong, persahabatan mereka dengan puteri Jahanara tak kikis dimakan sang waktu, apapun cobaan yang mehadang. Tidak penting dari kasta mana mereka berasal, kesetiaannya sangat patut diacungi jempol, yang dalam kehidupan nyata nampaknya mulai memudar akhir-akhir ini.

Akhirnya, betapa tragis bahwa dari orangtua yang begitu saling cinta, yang kisah cintanya begitu agung dan melegenda, bisa terlahir anak yang gila takhta dan penuh kebencian di hatinya bahkan kepada keluarganya sendiri. Betapa keranjingan akan kekuasaan bisa membutakan hati. Betapa kebencian bisa mengubah satu kerajaan yang makmur menjadi negara penuh teror dan kemiskinan dimana-mana. Bahkan kebaikan dan kerendahan hati pangeran yang sejatinya menjadi pewaris takhta berikutnya - pangeran Dara - tidak menghalangi adik kandungnya sendiri untuk bertindak kejam memenggal kepalanya, karena dianggap sebagai ancaman bagi ambisinya menjadi raja.

Jahanara, sang putri kesayangan terus mendampingi ayahnya di masa sulit penuh perjuangan, hingga ayahnya meninggal dalam keadaan sangat tragis dalam penjara yang diciptakan oleh puteranya, sambil terus memperjuangkan cinta dan kehidupannya sendiri. Beruntung baginya memiliki orang-orang seperti Nizam dan Ladli, sebagai sahabat sejati.

Bagiku, buku ini sangat sarat makna. Bagaimana seorang Aurangzeb, akibat kebencian yang tertanam sejak kecil, tidak pernah bisa mengenal kasih sayang. Kegetiran dan rasa gelisah dalam dirinya berubah menjadi tenaga yang menghancurkan, berusaha keras dihalau dengan menyiksa orang-orang disekitarnya. Betapa seorang Jahanara yang selalu menanam kebaikan di masa senang, sukses menuai hasilnya dalam masa-masa sulit. Selalu ada pertolongan baginya.

Dan betapa cinta yang agung dan luar biasa selalu ada di setiap zaman, di setiap peradaban, di setiap belahan dunia. Sungguh beruntung orang-orang yang diberi kesempatan mengenal dan merasakan cinta yang seperti ini dan tidak menyia-nyiakannya.


0 komentar:

Posting Komentar