Rabu, 03 Juni 2009

Jadi Kaya dengan Cara Konyol

Lama tak mengutak-atik blog karena sakit, rasanya kangen juga. Tapi kira-kira yang mau ditulis apa ya. Selama "bertapa" buaanyak ide berseliweran dengan liarnya di kepala, tapi pas mau dikeluarin...eealaa...gerombolan ide berlarian kucar kacir. Dari pada bengong berkepanjangan, kucoba tulis tentang yang satu ini.

Beberapa minggu lalu, adikku di Kendari - Sulawesi Tenggara mengirim sms mengabarkan sedang banyak keluarga dari Raha (kota di pulau Muna, salah satu kabupaten di wilayah Sulawesi Tenggara) yang menginap di rumahnya, tapi tidak bercerita lebih lanjut dalam rangka apa mereka rame-rame menginap di rumahnya yang imut-imut. Kami mengira mungkin sedang selamatan masuk rumah baru, karena seminggu sebelumnya adikku yang baru mengambil rumah mungil BTN itu cerita bahwa mereka sedang siap-siap mau menempati rumah tersebut. Kalau acara sudah selesai pasti bakal cerita versi lengkapnya.

Keesokan malamnya, datanglah berita menghebohkan itu. Para tante dan sepupu dari kampung, datang ke Kendari untuk berdemo di polda, menuntut kembali uang mereka yang dibawa kabur. Dan mereka hanyalah segelintir dari ribuan korban dari penipu berkedok bank asing. Cccckkk...ada apa lagi ini...

Beberapa bulan lalu di kota kecil kami Raha, yang hanyalah salah satu kabupaten kecil di kepulauan Sulawesi Tenggara, berdiri cabang baru salah satu bank international - Bank of Swiss - katanya. Tawaran investasinya menggiurkan, 25% per bulan untuk setiap dana yang disetorkan. Bisa diduga, berbondong-bongong orang, yang kebanyakan pegawai negeri sipil pula, menyetorkan uang dengan sukarela ke bank "asing" ini.

Uang tabungan, jual kebun, uang dari pinjam, pokoknya harus dapat uang untuk disetor ke bank asing yang baik hati ini. Peluang bagus pantang dilewatkan dong. Ada yang bela-belain kredit di BRI sebesar 5 juta rupiah, langsung disetor ke bank swiss itu, ceritanya kepingin juga karena sudah terbukti adiknya mendapatkan banyak hasil.

Ada yang awalnya gak percaya jadi coba-coba dulu, menyetor 10 juta. Eeehhh..bener lho, sebulan kemudian dapat hasil 2,5 juta. Weeehh...mantap nih. Tanpa pikir panjang, semua tabungan sebesar 65 juta disetor, dengan harapan sebulan kemudian balik dengan tambahan 16 juta. Sebulan kemudian banknya lenyap ditelan bumi...

Menangis darah...menangis bombay ribuan korban yang uangnya telah tersimpan dengan aman, begitu amannya sehingga tak akan bisa lagi diambil. Menangisi hasil jerih payah bertahun-tahun yang lenyap begitu saja, menangisi uang sekolah anak yang harus segera dicari lagi, menangisi rumah yang tidak jadi dibangun, menangisi hutang yang harus dibayar entah dengan cara bagaimana...

Bayangkan, berapa milyar yang berhasil diboyong para penipu berkedok bank asing itu, dari ribuan orang (belum diketahui pasti jumlah yang jadi korbannya) yang dikali semisal aja 5 juta per orang. Iiiihhhh.....

Apa kira-kira yang ada di pikiran mereka ya, mau begitu saja menyerahkan dana puluhan juta kepada bank yang baru beberapa bulan beroperasi di pulau kecil itu? Karena "judul" asingnya? Karena tawaran hasil yang menggiurkan? Karena apa? Sungguh miris ya...

Begitu sulitnya mereka diajak menabung di bank konvensional macam BRI yang tersebar hingga pelosok, tapi begitu mudah mereka menyerahkan dana sebegitu besar pada bank yang baru beberapa minggu beroperasi. Kenapa kog tidak merasa heran ada bank asing bikin cabang sampai di pelosok daerah, lalu cari informasi keg, baru memutuskan untuk ikutan atau tidak. Kenapa tidak bercermin pada begitu banyak kasus penipuan yang makin merajalela dengan berbagai wujud, bisa dibaca di koran, ada di berita televisi dan radio.

Kenapa kenapa ini bikin kepalaku makin nyut-nyutan.
Namun kukira yang paling mendominasi tindakan-tindakan impulsif seperti ini adalah keinginan untuk menjadi kaya dengan cara instan, kaya lewat jalan tol. Tapi, jika hidup di lingkungan dimana yang berharta lebih dihargai, dipandang dan lebih didengar bicaranya. Jika hidup dimana kesuksesan diukur dengan rumah yang megah, mobil yang terparkir di depan rumah, anak-anak yang sekolah di luar pulau atau luar negeri. Jika jumlah perhiasan dan pakaian bermerek yang jadi ukuran untuk diterima dalam pergaulan. Siapa yang patut dipersalahkan???


1 komentar:

budiawanhutasoit mengatakan...

Lina,
MO penipuan spt ini sudah sering terjadi. berulang2..tapi tetap aja memakan korban.
dapat 25% sebulan? ck..ck...kalo emang si Bank Swiss itu benar bisnisnya..Bill Gates sekalipun pasti mau menyimpan duitnya disana..tinggal duduk tenang, tiap bulan terima 'profit'.
salah satu yang bikin orang percaya akan bisnis ini adalah, pengalaman orang yg duluan menanamkan investasinya dan mendapatkan profit. jadilah marketing by mouth...padahal, profit yg diberikan adalah uang dari orang lain yang duluan invest. kalau jumlah nasabah masih sedikit, mungkin masih bisa mengaturnya.
tapi kalo udah semakin besar..makin kelimpungan..dan..kaburrrr...
tinggalah nasabah yg gigit jari...

Posting Komentar